1. Ilmu Pengetahuan
1.1. Pengertian ilmu pengetahuan
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari epistemologi.
Pengertian ilmu menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut
:
The Liang Gie Sekumpulan proposisi sistematis yang
terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang benar dengan ciri pokok yang
bersifat general, rational, objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi
objektif), dan mampu menjadi milik umum.
C, Verhaak Pengetahuan yang diatur secara
sistematis dan langkah- langkah pencapaiannya dipertanggung-jawabkan secara
teoritis.
J. Haberer Suatu hasil aktivitas manusia yang
merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam
masyarakat.
J.D. Bernal Suatu pranata atau metode yang
membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan manusia.
E.
Cantote Suatu hasil aktivitas manusia yang mempunyai makna dan metode.1977
-1992
Cambridge-Dictionary Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar,
mempunyai objek dan tujuan tertentu dengan sistim, metode untuk berkembang
serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya.
Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, baik
menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam.
”Drs.
H. Ali As’ad dalam buku Ta’limul
Muta’allim menafsirkan ilmu sebagai :
“Ilmu adalah suatu sifat yang kalau
dimiliki oleh seorang maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam
pengertiannya”
Contoh:
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal
yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku
manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku
manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab
pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi
menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Ilmu
(Bahasa Inggeris:Knowledge)merujuk kepada kefahaman manusia terhadap sesuatu
perkara, yang mana ia merupakan kefahaman yang sistematik dan diusahakan secara
sedar. Pada umumnya, ilmu mempunyai potensi untuk dimanfaatkan demi kebaikan
manusia.
Biasanya,
ilmu adalah hasil daripada kajian trhadap sesuatu perkara. Dalam hal ini, ilmu
sendiri juga boleh menjadi sasaran kajian dan menghasilkan apa yang dikenali
sebagai "ilmu mengenai ilmu", yakni epistemologi.
Ciri-ciri
Ilmu adalah sebahagian daripada aspek kognitif yang terdapat dalam diri
manusia. Maka dengan itu ilmu adalah berkaitan dengan aspek kognitif manusia
yang lain seperti pengetahuan, pengalaman, dan juga perasaan. Tetapi pada masa
yang sama, ilmu adalah berbeza dengan perkara-perkara ini dan ciri-cirinya
adalah seperti berikut:
Ciri
ini membezakan ilmu dengan perasaan dan pengalaman. Contohnya, sesetengah
"pengalaman diri" seperti mimpi adalah sukar dipertuturkan melalui
bahasa. Tetapi bagi ilmu, ia haruslah sesuatu yang dapat dipertuturkan melalui
bahasa.
Ilmu
mempunyai nilai kebenaran
Sesuatu
yang digelar sebagai ilmu biasanya dianggap benar. Ciri ini membezakan
pengucapan ilmu dengan pengucapan sasastera yang biasanya mengandungi
unsur-unsur tahayul.
Ilmu
adalah hasil daripada kajian. Ia bukanlah sesuatu rekaan. Ilmu mengenai cara
memeroleh ilmu itu dikenali sebagai perkaedahan penyelidikan ilmiah
Kandungan
Ilmu sentiasa bertambah.
Ilmu
adalah sentiasa berada dalam proses pertemabahan, pemantapan dan penyempurnaan.
ilmu
adalah sesuatu yang membedakan kita dengan mahluk tuhan lainnya seperti
tumbuhan dan hewan.
dengan
ilmu kita dapat melakukan,membuat,menciptakan sesuatu yang dapat membawa
perbedaan yang lebih baik bagi diri kita sendiri.
1.2. Empat hal
sikap yang ilmiah
Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang
mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu
dapat disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak
terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek
kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau
mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang
dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan
karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek
peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang
dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam
mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu
yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba
mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak
dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat
tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya universal merupakan
syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an
(universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya
adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
2. Teknologi
2.1. Pengertian teknologi
Teknologi
adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari
sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah.
Teknologi,
menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan
perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi,
yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains
mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai
ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam
interaksinya satu terhadap lainnya.
Definisi
mengenai sains menurut Sardar adalah sarana pemecahan masalah mendasar dari
setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar suatu peradaban tidak dapat
mempertahankan struktur-struktur politik dan sosialnya atau memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal
suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik, intelektual dan budaya
serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu peradaban.
Pendeknya, sains, jelas Sardar adalah sarana yang pada akhirnya mencetak suatu
peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya. Sedangkan
rekayasa, menurut Djoyohadikusumo menyangkut hal pengetahuan objektif (tentang
ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang perancangan (termasuk mengenai
peralatan teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan peralatan
untuk menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.
Seringkali
diadakan pemisahan, bahkan pertentangan antara sains dan penelitian ilmiah yang
bersifat mendasar (basic science and fundamental) di satu pihak dan di pihak
lain sains terapan dan penelitian terapan (applied science and applied
research). Namun, satu sama lain sebenarnya harus dilihat sebagai dua jalur
yang bersifat komplementer yang saling melengkapi, bahkan sebagai bejana
berhubungan; dapat dibedakan, akan tetapi tidak boleh dipisahkan satu dari yang
lainnya (Djoyohadikusumo).
Makna Teknologi, menurut Capra seperti makna
‘sains’, telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari
literatur Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh dari asal kata techne,
bermakna wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa
Inggris di abad ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni
terapan’ atau pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada
pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20,
maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi
juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis
pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut
Capra menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel Castells
seperti dikutip Capra mendefinisikan teknologi. sebagai ‘kumpulan alat, aturan
dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu
pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan.
Akan tetapi,
dijelaskan oleh Capra teknologi jauh lebih tua daripada sains. Asal-usulnya
pada pembuatan alat berada jauh di awal spesies manusia, yaitu ketika bahasa,
kesadaran reflektif dan kemampuan membuat alat berevolusi bersamaan. Sesuai
dengannya, spesies manusia pertama diberi nama Homo habilis (manusia terampil)
untuk menunjukkan kemampuannya membuat alat-alat canggih.
Dari
perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi
merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup
dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi
non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan
syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia,
yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah
sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
Dari
pandangan semacam itu, kemudian teknologi berkembang lebih jauh dari yang
dipahami sebagai susunan pengetahuan untuk mencapai tujuan praktis atau sebagai
sesuatu yang dibuat atau diimplementasikan serta metode untuk membuat atau
mengimplementasikannya. Dua pengertian di atas telah digantikan oleh
interpretasi teknologi sebagai pengendali lingkungan seperti kekuasaan politik
di mana kebangkitan teknologi Barat telah menaklukkan dunia dan sekarang telah
digunakan di era dunia baru yang lebih ganas. Untuk memperjelas statement
tersebut, kita coba menelaah teknologi secara lebih dalam lagi. Melihat
substansi teknologi secara lebih komprehensif, yaitu konsepsi teknologi dari
kerangka filsafat.
2.2. Ciri-ciri Fenomena Yang Diperlihatkan Oleh
Teknologi
Teknologi memperlihatkan fenomenanya
dalam masyarakat sebagai hal imperasional dan memiliki otonomi merubah setiap
bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Fenomena teknik pada
masyarakat kini, menurut SASTRAPRATEDJA (1980) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1.
Rasionalitas,
artinya tindakan spontan oleh tehnik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional.
2.
Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.1.
Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi, dan dan rumuusan dilaksanakan serba
otomatis.
2.
Teknis
berkembang pada suatu kebudayaan.
3.
Monisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
4.
Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan.
5.
Otonomi,
artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
3. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Nilai
3.1. Pengertian
ilmu pengetahuan,teknologi dan nilai
Ilmu
pengetahuan adalah Sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung
dalampernyataan-pernyataan yang benar dengan ciri pokok yang bersifat general,
rational, objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu
menjadi milik umum (Communality, The Liang Gie, 1991).
Teknologi
adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang
distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Nilai adalah sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai
berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia.
Jika yang dimksud Nilai sosial,
adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap
menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods
mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama,
yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kemiskinan
4.1. Pengertian kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat
berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum
pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi
oleh tiga hal :
1. Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2. Posisi
manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan
objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi Persepsi manusia terhadap
kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat
istiadat dan sistem nilai yang dimiliki.
4.2. Ciri-ciri
manusia yang hidup di bawah garis kemiskinan
Mereka yang hidup dibawah garis
kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak
memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dll.
2. Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
3. Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
5. Banyak
yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Fungsi Kemiskinan
4.3. Fungsi
kemiskinan
Pertama, kemiskinan menyediakan tenaga kerja untuk
pekerjaan-pekerjaan kotor, tak terhormat, berat, berbahaya, namun dibayar
murah. Orang miskin dibutuhkan untuk membersihkan got-got yang mampet, membuang
sampah, menaiki gedung tinggi, bekerja di pertambangan yang tanahnya mudah
runtuh, jaga malam. Bayangkan apa yang terjadi bila orang miskin tidak ada.
Sampah bertumpuk, rumah dan pekarangan kotor, pembangunan terbengkalai, Banyak
kegiatan ekonomi yang melibatkan pekerjaan kotor dan berbahaya yang memerlukan
kehadiran orang miskin.
Kedua,
kemiskinan memperpanjang nilai-guna barang atau jasa. Baju bekas yang tak layak
pakai dapat dijual (diinfakkan) kepada orang miskin, termasuk buah-buahhan yang
hampir busuk, sayuran yang tidak laku, Semuanya menjadi bermanfaat (atau
dimanfaatkan) untuk orang-orang miskin.
Ketiga,
kemiskinan mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan orang-orang
kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena dibayar murah, mengurangi biaya produksi
dan akibatnya melipatgandakan keuntungan. Petani tidak boleh menaikkan harga
beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.
Keempat,
kemiskinan menyediakan lapangan kerja. Karena ada orang miskin, lahirlah
pekerjaan tukang kredit, aktivis-aktivis LSM yang menyalurkan dana dari
badan-badan internasional, dan yang pasti berbagai kegiatan yang dikelola oleh
departemen sosial. Tidak ada komoditas yang paling laku dijual oleh Negara Dunia
Ketiga di pasar internasional selain kemiskinan.
Kelima, memperteguh status sosial orang kaya. Keenam,
bermanfaat untuk jadi tumbal pembangunan. Supaya tidak menganggu ketertiban dan
keindahan kota, pedagang kakilima bila mengganggu lalulintas ditertibkan (ditangkap,
dagangannya diambil, dan kerugiannnya tidak diganti).