PENGERTIAN PEMUDA
Pemuda adalah semangat untuk berkarya. Seratus tahun yang lalu, kita mengenal Budi Oetomo sebagai organisasi intelektual bangsa yang mengubah cara Indonesia untuk merebut hakekat kemerdekaannya. Enam puluh tiga tahun yang lalu, pemuda dengan keberaniannya mendesak Soekarno dan Moch. Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan negeri kita tercinta ini. Dan Enam puluh tiga tahun satu bulan yang lalu, Bung Tomo dengan semangat kepemudaannya berkoar di kota Surabaya dan meneriakkan kalimat, “Merdeka atau Mati”. Namun, tiga minggu yang lalu, di koran kompas disebutkan, lebih dari 83,2 persen koresponden Indonesia menyatakan, kini jiwa kepahlawanan dan semangat kepemudaan telah luntur dan disalahartikan. Betapa ironi sekali negara ini. Kemana Indonesia akan bisa melangkah ? Krisis kepemudaan telah melanda negeri ini. Indonesia kini sangat susah untuk melahirkan Soekarno-soekarno baru. Bintang sinetron pun tanpa disadari menjadi pahlawan dan panutan baru yang semu dalam setiap aktivitas.
Krisis kepemudaan ini harus segera ditindak
lanjuti, kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di kampus harus mampu
menimbulkan percikan-percikan semangat baru, semangat kepahlawanan pemuda, yang
dapat diwujudkan dengan semangat berkarya untuk bangsa. Sumpah Pemuda adalah
contoh karya nyata yang dibuat oleh pemuda dan pemudi dari seluruh Indonesia
pada tahun 1928 yang lalu. Bisakah kita sebagai generasi penerus berkarya untuk
bangsa seperti mereka ? Dan apakah moment hari pahlawan dan satu abad
kebangkitan bangsa telah mampu menjadi bahan evaluasi diri sampai sejauh mana
kita telah berkarya ? Jawabannya harus ditanyakan kepada diri kita
masing-masing.
Setiap tahun, satu juta anak negeri Indonesia
yang tidak menemukan sumber nafkah di negerinya sendiri mengais rezeki di
negeri orang. Pendudukan miskin menjadi 35 juta jiwa. Ada sekitar 13 juta jiwa
yang masih belum bisa membaca dan menulis. Pengangguran terus meningkat menjadi
9 juta jiwa. Kemiskinan, pengangguran, serta korupsi yang meluas dan melanda
negeri ini memerlukan pahlawan-pahlawan baru yang dapat diwujudkan oleh pemuda
dengan segenap karya-karyanya.
Pemuda adalah semangat untuk berkarya. Seratus tahun yang lalu, kita mengenal Budi Oetomo sebagai organisasi intelektual bangsa yang mengubah cara Indonesia untuk merebut hakekat kemerdekaannya. Enam puluh tiga tahun yang lalu, pemuda dengan keberaniannya mendesak Soekarno dan Moch. Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan negeri kita tercinta ini. Dan Enam puluh tiga tahun satu bulan yang lalu, Bung Tomo dengan semangat kepemudaannya berkoar di kota Surabaya dan meneriakkan kalimat, “Merdeka atau Mati”. Namun, tiga minggu yang lalu, di koran kompas disebutkan, lebih dari 83,2 persen koresponden Indonesia menyatakan, kini jiwa kepahlawanan dan semangat kepemudaan telah luntur dan disalahartikan. Betapa ironi sekali negara ini. Kemana Indonesia akan bisa melangkah ? Krisis kepemudaan telah melanda negeri ini. Indonesia kini sangat susah untuk melahirkan Soekarno-soekarno baru. Bintang sinetron pun tanpa disadari menjadi pahlawan dan panutan baru yang semu dalam setiap aktivitas.
Pemuda juga dapat diartikan sebagai suatu
generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan , terutama dari
generasi lainya.hal ini dapt dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai
generasi penerus , generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet
pembangunan secara terus menerus.
Pengertian
Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang
membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana
bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Selain itu Sosialisasi diartikan
sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari
kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma
social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang
membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup,
dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan
kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses
dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat
tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses
dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat
tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses
mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Internalisasi
belajar dan Sosialisasi
Internalisasi adalah proses
norma-norma yang mencakup norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai
institusional saja, akan tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah
daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat.
Ketiga kata atau istilah
internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada dasarnya memiliki pengertian yang
hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. Istilah
internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang
menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses norma-norma
kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi norma
tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma tersebut dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi (mencakup norma
kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan pribadi (mencakup
kaidah kesopanan dan kaidah hukum).
Istilah belajar ditekankan pada
perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh
seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak tahu menjadi tahu, dimana
belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di lembaga pendidikan.
Istilah spesialisasi ditekankan
pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh seorang individu,
kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.
Proses
Sosialisasi
Ada 2 teori proses sosialisasi
yang paling umum digunakan, yaitu teori Charles H. Cooley dan teori George
Herbert Mead.
Teori Charles H. Cooley lebih
menekankan pada peran interaksi antar manusia yang akan menghasilkan konsep
diri (self concept). Proses pembentukan konsep diri ini yang kemudian disebut
Cooley sebagai looking-glass self terbagi menjadi tiga tahapan sebagai berikut.
” Seorang anak membayangkan
bagaimana dia di mata orang lain.”
Seorang anak merasa dirinya
sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki
prestasi dan sering menang di berbagai lomba.
“Seorang anak membayangkan
bagaimana orang lain menilainya.”
Dengan perasaan bahwa dirinya
hebat, anak membayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia merasa orang
lain selalu memujinya, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini muncul
akibat perlakuan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, orang tua selalu
memamerkan kepandaiannya.
“Apa yang dirasakan anak akibat
penilaian tersebut”
Penilaian yang positif pada diri
seorang anak akan menimbulkan konsep diri yang positif pula.
Semua tahap di atas berkaitan
dengan teori labeling, yaitu bahwa seseorang akan berusaha memainkan peran
sosial sesuai dengan penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak di beri
label “nakal”, maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai “anak
nakal” sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, meskipun penilaian itu belum tentu
benar.
Menurut George Herbert Mead,
sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai
berikut.
• Tahap persiapan (Preparatory
Stage)
Tahap ini dialami manusia sejak
dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia
sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini
juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh:
Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna kata
tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak
memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara menghubungkannya
dengan kenyataan yang dialaminya.
• Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan:
Semakin sempurnanya seorang anak
menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
Mulai terbentuk kesadaran tentang
nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
Anak mulai menyadari tentang apa
yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga
mulai terbentuk pada tahap ini.
Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut merupakan
orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan diri, yakni
dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
• Tahap siap bertindak (Game
Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah
mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan
sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang
lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara
bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama dengan
teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan
hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman
sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya
secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari
bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
• Tahap penerimaan norma kolektif
(Generalized Stage)
Pada tahap ini seseorang telah
dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat
secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan
orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas.
Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan
perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti
sepenuhnya.
Peranan
Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masayrakat
Pada masa 1990 sampai 2000 an
demonstrasi masih marak di berbagai tempat. Pada masa itu mahasiswa dan pemuda
menyebutkan dirinya sebagai Gerakan Moral. Sedangkan pada mahasiswa yang lain
gerakan mahasiswa menyebutkan dirinya sebagai gerakan Politik.
Mahasiswa menjadi pecah dan
terkadang pragmatis. Tidak menjadi rahasia umum lagi mahasiswa dibayar untuk
berdemonstrasi.
Sebelum terlalu jauh meneropong
peranan mahasiswa di luar kampus– walaupun klise– sebaiknya kita mesti ingat
bahwa tugas utama mahasiswa dan pemuda adalah belajar di sekolah/kampus.
Peranan sosial mahasiswa dan
pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di
masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum
intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu
mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang
relatif sama dengan warga yang lain.
Bisakah mahasiswa beranjak menuju
gerakan pemikiran dan gerakan transformasi?
Mari kita coba dan berjuang!!
Dasar Pemikiran neoliberalisme
“pasar adalah tuan dan negara adalah pelayan” salah satu contoh yang paling
baru mengenai kekalahan negara/pemerintah terhadap pasar adalah harga minyak
yang naik.
Paradigma pasar menguhah cara
berpikir dan persepsi masyarakat. Dominasi kapitalisme memutarbalikkan hubungan
antara masyarakat (sosial) dan Pasar (ekonomi) (Polanyi, 1957).
Pada awal beroperasinya
kapitalisme, pasar merupakan bagian dari masy
ultural, dan politik. Masyarakat
merupakan pemegang kunci dalam hubungan sosial dan ekconomi. Tapi ketika
kapitalisme mendominasi, keberadaan pasar telah berbalik 180 derajat,
masyarakatlah yang menjadi bagian dari pasar. kehidupan sehari-hari pun
direduksi menjadi bisnis dan pasar.
Dampak langsung yang bisa
dirasakan semenjak kenaikan BBM tahun 2005 antara lain terjadi inflasi, daya
beli masyarakat menurun, kesehatan masyarakat menurun (kekurangan gizi), angka
anak putus sekolah (drop out), angka kematian anak, pengangguran dan kemiskinan
meningkat, sehingga munculnya kerentanan sosial.
Keadaan di atas dapat
mengakibatkan kemungkinan terjadinya generasi yang hilang (the lost generation)
ungkapan yang telah nyaris menjadi klise, jika persoalan anak dan orang muda
tidak dapat diatasi dengan baik khususnya di sektor Gizi dan kesehatan serta
pendidikan, maka kita akan kehilangan sebuah generasi, yang menjadi pertanyaan
apakah benar bahwasanya satu generasi yang akan hilang ? kehilangan generasi
mempunyai implikasi yang luas mereka mungkin tidak akan mampu menyisakan
pendapatannya untuk memperbaiki kesejahteraanya sendiri hingga lingkaran setan
pun terjadi karena Gizi yang rendah, prestasi sekolah yang pas-pasan,
kemungkinan anak akan drop- out dan harus mempertahan kan hidup dan
pengangguran.
Secara tak sadar namun perlahan
tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi baru dan perilaku
umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan bermental bos. Pemuda
menjadi malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan, hambatan dan proses
pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi lemah.
Sarana tempat hiburan tumbuh
pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard, playstation, atau arena
hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan generasi muda
membuang waktu secara percuma karena menarik perhatian dan waktu mereka yang
semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar, membaca buku di
perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih
positif.
Peran pemuda yang seperti ini
adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan mahasiswa berperan sebagai
“penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta karya). Dapat ditambahkan disini
persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di kalangan generasi muda yang
memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
Sudah 60 tahun lebih bangsa Indonesia
merdeka, sistem pendidikan telah dibaharui agar mampu menjawab berbagai
perubahan diseputaran kehidupan umat manusia. Tetapi selesai kuliah barisan
penganggur berderet-deret. Para penganggur dan setengah penganggur yang tinggi
merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya, mereka menjadi beban keluarga dan
masyarakat, sumber utama kemiskinan yang dapat mendorong peningkatan keresahan
sosial dan kriminal dan penghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Pola
dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda
POLA DASAR PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
Pola Dasar Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0323/U/1978 tanggal 28
Oktober 1978. Maksud dari Pola Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah
agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya
benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah,
menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
Pola Dasar Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda disusun berlandaskan :
1. Landasan idiil : Pancasila
2. Landasan konstitusional :
Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan strategis :
Garis-Garis Besar Haluan Negara
4. Landasan historis : Sumpah
Pemuda Tahun 1928 dan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945
5. Landasan normatif : Etika,
tata nilai, dan tradisi luhur
yang hidup dalam masyarakat
Motivasi dasar Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional,
seperti telah terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
Atas dasar kenyataan di atas
diperlukan penataan kehidupan pemuda karena pemuda perlu memainkan peranan yang
penting dalam pelaksanaan pembangunan. Hal tersebut mengingat masa depan adalah
kepunyaan generasi muda, namun disadari pula bahwa masa depan tidak berdiri
sendiri. Ia adalah lanjutan masa sekarang dan masa sekarang adalah hasil masa
lampau. Dalam hal ini, maka Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda haruslah
menanamkan motivasi kepekaan terhadap masa datang sebagai bagian mutlak masa
kini. Kepekaan terhadap masa datang membutuhkan pula kepekaan terhadap
situasi-situasi lingkungan, untuk dapat merelevansikan partisipasinya dalam
setiap kegiatan bangsa dan negara. Untuk itu pula kualitas kesejahteraan yang
membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu yang mewarnai
pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.
Pengertian
pokok pembinaan dan pengembngan generasi muda
1.Generasi muda merupakan
generasi penerus perjuangan bangsa dan sumber daya insani bagi pembangunan
nasional, diharapkan mampu memikul tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian
kahidupan bangsa dan negara. Untuk itu generasi muda perlu mendapatkan
perhatian khusus dan kesempatan yang seluas?luasnya untuk dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya, terdapat generasi muda yang menyandang
permasalahan sosial seperti kenakalan remaja, penyalahgunaan obat dan narkota,
anak jalanan dan sebagainya baik yang disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya
(internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Oleh karena itu perlu adanya
upaya, program dan kegiatan yang secara terus menerus melibatkan peran serta
semua pihak baik keluarga, lembaga pendidikan, organisasi pemuda, masyarakat
dan terutama generasi muda itu sendiri. Arah kebijakan pembinaan generasi muda
dalam pembangunan nasional menggariskan bahwa pembinaan perlu dilakukan dengan
mengembangkan suasana kepemudaan yang sehat dan tanggap terhadap pembangunan
masa depan, sehingga akan meningkatkan pemuda yang berdaya guna dan berhasil
guna. Dalam hubungan itu perlu dimantapkan fungsi dan peranan wadah?wadah
kepemudaan seperti KNPI, Pramuka, Karang Taruna, Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS), Organisasi Mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi dan organisasi fungsional
pemuda lainnya. Dalam kebijakan tersebut terlihat bahwa KARANG TARUNA secara
ekslpisit merupakan wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yang
bertujuan untuk mewujudkan generasi muda aktif dalam pembangunan nasional pada
umumnya dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial pada khususnya. Salah satu
kegiatan Karang Taruna Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja sedang membuat
kerajinan bambu yang diolah menjadi aneka macam alat musik seperti suling,
angklung dan sebagainya.generasi muda sebagai subyek pengembangan dan pembinaan
adalah mereka yang memiliki bekal-bekal dan landasan untuk mandiri dalam
keterlibatannya.
2.Generasi muda sebagai obyek
pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pengembangan dan
pengembangan pendidikan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan ke tingkat
yang optimal.
masalah-masalah
generasi muda
Sebagaimana dikemukakan di atas,
generasi muda dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi berbagai
permasalahan yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua
pihak. Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa
ini antara lain sebagai berikut :
1. Terbatasnya lapangan kerja
yang tersedia. Dengan adanya pengangguran dapat merupakan beban bagi keluarga
maupun negara sehingga dapat menimbulkan permasalahan lainnya.
2. Penyalahgunaan Obat Narkotika
dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
3. Masih adanya anak-anak yang
hidup menggelandang
4. Pergaulan bebas diantara
muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
5. Masuknya budaya barat
(Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang
dapat merusak mental generasi muda.
6. Perkimpoian dibawah umur yang
masih banyak dilakukan oleh golongan masyarakat, terutama di pedesaan.
7. Masih merajalelanya kenakalan
remaja dan permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut akan berkembang seiring
dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh semua
pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya KARANG TARUNA.
8. Menurunnya jiwa idealisme,
patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda.
9. Kekurangpastian yang dialami
oleh generasi muda terhadap masa depannya.
10. Belum seimbangnya antara
jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang
formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh
berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga
merugikan seluruh bangsa.
11. Kurangnya lapangan
kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran/setengah
pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya
produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan
nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
12. Kurangnya gizi yang dapat
menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di
kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli dan
kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
13. Masih banyaknya perkawinan di
bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.
14. Pergaulan bebas yang
membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
15. Meningkatnya kenakalan remaja
termasuk penyalahgunaan narkoba.
16. Belum adanya peraturan
perundangan yang menyangkut generasi muda.
Dalam rangka untuk memecahkann
permasalahan generasi muda tersebut di atas memerlukan usaha-usaha terpadu,
terarah, dan berencana dari seluruh potensi nasional dengan melibatkan generasi
muda sebagai subjek pembangunan. Organisasi-organisasi pemuda yang telah
berjalan baik adalah merupakan potensi yang siap untuk dilibatkan dalam
kegiatan pembangunan nasional.
potensi-potensi
generasi muda
Potensi-potensi yang terdapat
pada generasi muda perlu dikembangkan adalah :
a. Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda
belum mapan dalam tatanan yang ada, maka ia dapat melihat kekurangan-kekurangan
dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru.
b. Dinamika dan Kreatifitas
Adanya idealisme pada generasi
muda, maka generasi muda memiliki potensi kedinamisan dan kreatifitas yakni
kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan
penyempurnaan kekurangan-kekurangan yang ada atau pun mengemukakan
gagasan-gagasan/alternatif yang baru sama sekali.
c. Keberanian Mengambil Risiko
Perubahan dan pembaharuan
termasuk pembangunan, mengandung risiko dapat meleset, terhambat atau gagal.
Namun mengambil risiko itu adalah perlu jika kemajuan ingin diperoleh.
Generasi muda dapat dilibatkan
pada usaha-usaha yang mengandung risiko, kesiapan pengetahuan, perhitungan dan
keterampilan dari generasi muda akan memberi kualitas yang baik kepada
keberanian mengambil risiko.
d. Optimis dan Kegairahan
Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan
generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki
generasi muda akan merupakan daya pendorong untuk mencoba maju lagi.
e. Sikap Kemandirian dan Disiplin
Murni
Generasi muda memiliki keinginan
untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu
dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya, agar dengan demikian
mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
f. Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan
faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kuantitatif maupun
dalam arti kualitatif generasi muda secara relatif lebih terpelajar karena
lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi-generasi pendahuluannya.
g. Keanekaragaman Dalam Persatuan
dan Kesatuan
Keanekaragaman generasi muda
merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat. Keanekaragaman tersebut dapat
merupakan hambatan jika hal itu dihayati secara sempit dan ekslusif.
h. Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan,
kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan negara di kalangan generasi muda
perlu lebih digalakkan, pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian
dan kesiapannya untuk membela dan mempertahankan bangsa dan negara dari segala
bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini generasi muda perlu dilibatkan
dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional.
i. Sikap Kesatria
Kemurnian idealisme, keberanian,
semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang
tinggi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan terus menjadi
sikap kestaria di kalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak
kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan
Teknologi
Generasi muda dapat berperan
secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan tekonologi bila secara
fungsional dapat dikembangkan sebagai transformator dan dinamisator terhadap
lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidikan serta penerapan
teknologi, baik yang maju, madya maupun yang sederhana.
Tujuan
Pokok Sosialisasi
• Individu harus diberi ilmu
pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
• Individu harus mampu
berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi
organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras
dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau
kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
Faktor lingkungan bagi pemuda
dalam proses sosialisasi memegang peranan penting, karena dalam proses
sosialisasi pemuda terus berlanjut dengan segala daya imitasi dan identitasnya.
Pengalaman demi pengalaman akan diperoleh pemuda dari lingkungan sekelilingnya.
Lebih-lebih pada masa peralihan dari masa muda menjelang dewasa, di mana sering
terjadi konflik nilai, wadah pembinaan harus bersifat fleksibel, mampu dan
mengerti dalam membina pemuda harus mematikan jiwa mudanya yang penuh dengan
fasilitas hidup.
Mengembangkan
Potensi Generasi Muda
Pada negara-negara yang sedang
berkembang ternyata masih banyak mendapat kesulitan untuk penyelenggaraan
pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan. Sehubungan dengan itu,
negara-negara sedang berkembang merasakan selalu kekurangan tenaga terampil
dalam mengisi lowongan-lowongan pekerjaan tertentu yang meminta tenaga kerja
dengan keterampilan khusus. Kekurangan tenaga terampil itu terasa manakala
negara-negara sedang berkembang merencanakan dan berambisi untuk mengembangkan
dan memanfaatkan sumber-sumber alam yang mereka miliki. Misalnya dalam
eksplorasi dan eksploitasi sektor pertambangan, baik yang berlokasi di darat
maupun yang ada di lepas pantai.
Hal yang sama juga dirasakan
manakala negara-negara sedang berkembang berniat untuk melaksanakan
program-program industrialisasi yang menuntut tenaga-tenaga terampil
berkualitas tinggi.
Di negara-negara maju, seperti
Amerika Serikat, pada umumnya para generasi muda mendapat kesempatan luas dalam
mengembangkan kemampuan dan potensi idenya. Para mahasiswa sebagai bagian dari
generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk
maju dalam berlomba menciptakan suatu ide/gagasan yang harus diwujudkan dalam
suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
Gagasan dan pola kerja yang
hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia, misalnya : Jepang,
Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para inovator
pada sektor teknologi industri itu membawa negara-negara itu tampil dengan
lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang berkembang mantap dalam
perekonomiannya.
Sebagaimana upaya bangsa
Indonesia untuk mengembangkan potensi tenaga generasi muda agar menjadi
inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
Pembinaan sedini mungkin
difokuskan kepada angkatan muda pada tingkat SLTP/SLTA, dengan cara
penyelenggaraan lomba karya ilmiah tingkat nasional oleh :Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Minat generasi muda untuk mengikuti lomba karya
ilmiah dari berbagai cabang disiplin ilmu itu ternyata lebih banyak dari
perkiraan jumlahnya. Yang sangat menggembirakan, dalam usia yang belia itu
mereka telah mampu menghasilkan karya-karya ilmiah yang cukup membuat kagum
para cendikiawan tua.
Pembinaan dan pengembangan
potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih banyak diarahkan
dalam program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan formal. Mereka
dibina digembleng di laboratorium-laboratorium dan pada kesempatan-kesempatan praktik
lapangan.
Kaum muda memang betul-betul
merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan bangsa. Oleh karena
itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan
pengembangan potensi mereka.
Pengertian
pendidikan & perguruan tinggi
PENGERTIAN PENDIDIKAN &
PENGERTIAN PERGURUAN TUNGGI
1. Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan
kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin
karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau
karena falsafah yang melandasinya.
a. Pendidikan sebagai Proses
transformasi Budaya Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan
sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan
Pribadi Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian
peserta didik.
c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan
Warganegara Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara
yang baik.
d. Pendidikan sebagai Penyiapan
Tenaga Kerja Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai
kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja.
e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN GBHN 1988(BP
7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai
berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan
berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk
memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Perguruan Tinggi
adalah Perguruan Tinggi yang didambakan, diimpikan, diharapkan, difavoritkan,
dan dicintai oleh masyarakat pada umumnya dan masyarakat kampus pada
khususnya. Agar bisa menjadi
Perguruan Tinggi Idaman, maka ada
5 faktor yang menurut saya harus dipenuhi oleh Perguruan Tinggi, yaitu :
· Mutu / Kualitas
· Biaya murah / terjangkau
· Keamanan / Kenyamanan
· Mengikuti Perkembangan Zaman
Bermanfaat Bagi Mayarakat
ALASAN
UNTUK BERKESEMPATAN MENGEYAM PENDIDIKAN TINGGI
Pembicaraan tentang generasi muda/pemuda,
khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting ,
karena berbagai alasan.
Pertama, sebagai kelompok
masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang
luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam
pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam
masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh generasi muda pemuda pada
umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa termasuk
yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua, sebagai kelompok
masyarakat yang paling lama di bangku sekolah, maka mahasiswa mendapatkan
proses sosiaslisasi terpanjang secara berencana dibandingkan dengan generasi
muda/pemuda lainnya. Melalui berbagai mata pelajaran seperti PMP, Sejarah, dan
Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan dan kemasyarakatan dapat
diketahui.
Ketiga, mahasiswa yang berasal
dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam bentuk terjadinya
akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan memperkaya khasanah kebudayaannya ,
sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Keempat, mahasiswa sebagai
kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur
perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan
elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai latar belakang
sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan generasi muda
lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai pandangan yang
lebih luas dan jauh ke depan serta keterampilan berorganisasi yang lebih baik
dibandingkan generasi muda lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar