Senin, 23 Desember 2013

ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN

ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN

Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.

Ada dua arus yang mempengaruhi kehidupan manusia: teknik dan alam. Teknik merupakan alat bantu yang dengan cepat dapat diterapkan kalau proses biologis dirasakan terlalu lamban. Berkat teknik itu, kehidupan manusia abad industri kini lebih sejahtera dibanding abad-abad sebelumnya. Akan tetapi, penerapan teknik dapat menimbulkan akibat-akibat sampingan, baik biologis, psikologis, maupun ekologis. Teknik dapat menimbulkan pencemaran dan perusakan peredaran kehidupan, perampasan sumber-sumber alam, yang pada akhirnya mampu membahayakan kehidupan. Arsitektur dan Lingkungan, menyadarkan kita akan perlunya merubah haluan, berpikir secara baru. Arsitektur dan pembangunan perumahan haruslah menuju keselarasan hubungan manusia, alam, dan lingkungan hidupnya. atau Arsitektur dan pembangunan perumahan haruslah menuju ke keselarasan hubungan manusia, alam dan lingkungan hidupnya. Gaya arsitektur seperti apa itu?

Arsitektur Biologis, Penghubung Manusia dengan Lingkungan Hidup

Pada abad ke-8, para seniman bangsa Indonesia telah mencoba memvisualkan mitologi tentang kalpataru dalam bentuk relief di Candi Mendut. Dalam mitologinya, kalpataru disebutkan sebagai pohon kehidupan atau pohon hayati. Siapapun yang memakan buah pohon kalpataru, maka dia akan bisa hidup abadi. Dari mitologi inilah kemudian pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup pada 1982 menggali makna kalpataru dan merekontekstualisasinya sebagai pesan untuk pelestarian lingkungan hidup. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) kemudian memperoleh ide untuk logo organisasinya dari relief kalpataru di Candi Mendut. Terkait dengan pelestarian lingkungan, para tokoh intelektual Bali juga telah merumuskan konsep Tri Hita Karana yang bermakna universal. Secara filosofi, Tri Hita Karana menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya, manusia dengan mahluk lain dan alam lingkungannya. 
MENJELANG akhir abad ke-20, para ahli dan peneliti lingkungan menemukan adanya "lubang" pada lapisan ozon di antariksa kutub selatan, kutub utara, dan pengikisan lapisan ozon di atmosfir Eropa timur, sebagian penduduk di bumi pun mulai cemas terhadap akan terjadinya pemanasan global.
Menghadapi masalah ini, para desainer di seluruh dunia yang terhimpun dalam berbagai organisasi profesi sesuai dengan wilayahnya, kemudian membuat kesepakatan dalam mendesain harus memperhatikan ketentuan yang disebut "Green Code of Engineers". Maksud kesepakatan ini adalah agar para desainer dalam membuat desain selalu memperhatikan lingkungan hidup dan pemeliharaan alam. Dalam mewujudkan desainnya, mereka diharapkan menggunakan bahan-bahan imitasi atau yang bisa didaur ulang, demi keselamatan alam dan hutan tropis.
Karena itu, Himpunan Desainer Interior Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Masyarakat Desain Wilayah Asia Pasifik (APSDA) juga wajib menjaga keselamatan alam dan hutan tropis Indonesia. Agar tidak terlalu banyak mengganggu masalah lingkungan, maka para desainer interior diharapkan lebih menekankan "unsur manusiawi" dalam perancangannya. Sebab, rancangan ruang memang seharusnya lebih memikirkan manusia sebagai penggunanya.
Dalam kongres APSDA d Tanah Lot awal Oktober 2000, diangkatlah tema "Humanizing the Space". Dengan tema ini, diharapkan setiap desainer interior dalam berkarya wajib memberikan sentuhan manusiawi pada ruang hunian manusia. Sentuhan manusiawi ini antara lain dapat diwujudkan dalam pemilihan warna ruang yang sangat berkaitan dengan masalah psikologis manusia -- pengguna ruang tersebut.

Arsitektur Biologis

Salah satu upaya agar rancang bangun sebuah karya arsitektur senantiasa memperhatikan aspek lingkungan dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan adalah konsep arsitektur biologis. Istilah arsitektur biologis diperkenalkan oleh beberapa ahli bangunan, antara lain Prof. Mag.arch, Peter Schmid, Rudolf Doernach dan Ir. Heinz Frick. Arsitektur biologis berarti ilmu penghubung antara manusia dan lingkungannya secara keseluruhan. Arsitektur biologis mempelajari pengetahuan tentang hubungan integral antara manusia dan lingkungan hidup.
Ribuan tahun lamanya manusia telah berjuang untuk menguasai alam. Jiwa dan raganya tidak jarang dipertaruhkan. Setidak-tidaknya kini manusia telah mulai menguasai alam lewat bantuan teknologi. Teknologi modern merupakan alat yang dengan cepat dapat membantu mensejahterakan kehidupan manusia, dibandingkan teknologi di abad-abad sebelum terjadinya revolusi industri. Proses biologis dianggap terlalu lamban untuk bisa mensejahterakan kehidupan. Namun, teknologi modern ternyata menimbulkan efek-efek samping yang bersifat biologis, psikologis, maupun ekologis. Semua itu nantinya bisa menimbulkan ancaman bagi alam dan membahayakan kehidupan.
Di sinilah pentingnya pemahaman pengetahuan arsitektur dan lingkungan, yang bisa menyadarkan setiap insan untuk berpikir secara baru. Arsitektur dan pembangunan perumahan haruslah menuju keselarasan hubungan manusia, alam dan lingkungan hidupnya. Dalam hal ini, arsitektur biologis akan mempergunakan teknologi alamiah untuk menetrasi keadaan kritis alam yang sudah mulai terancam.
Melalui konsep arsitektur biologis, para arsitek diajak memahami rumah sebagai sebuah bangunan organis, untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Kualitas bangunan dengan bagian-bagian material dan rohani menentukan kualitas lingkungan hidup manusia. Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam. Bahan bangunan alam yang dapat dibudidayakan lagi, digunakan  dalam arsitektur biologis, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk. Bahan bangunan alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun arsitektural adalah tanah liat, tanah lempung dan batu alam. Sedangkan bahan bangunan alam yang diproses pabrik atau industri adalah batu artifisial yang dibakar (batu merah), genting flam, genting pres dan batu-batuan pres (batako).
Perencanaan arsitektur biologis senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan itu berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya pun ditentukan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dan cara membangunnya. Bentuk bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi bangunan yang digunakan ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah, tanah liat dan lempung), berkotak (konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta konstruksi bangunan rangka (kayu dan bambu). Atas dasar pengetahuan tentang bahan bangunan tersebut, akhirnya tercipta bentuk-bentuk bangunan yang berkaitan dengan sejarah arsitektur.

Arsitektur Tradisional

Arsitektur tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis. Arsitektur ini mencerminkan suatu cara kehidupan harmonis, asli, ritmis dan dinamis, terjalin antara kehidupan manusia dan lingkungan sekitar secara keseluruhan. Arsitektur tradisional dibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi berikutnya. Arsitektur ini cocok dengan iklim daerah setempat dan masing-masing suku bangsa di Indonesia rupanya telah memiliki arsitektur tradisional.
Bentuk awal rumah bangsa Indonesia pada zaman dulu kiranya masih dapat dilihat di daerah-daerah pedalaman, seperti di Irian Jaya (Papua). Arsitektur yang dimiliki suku Korowai di Merauke misalnya, meskipun dibangun di atas pohon, tetapi kehidupan dan perencanaan bangunan suku ini selaras dengan alam. Mereka masih menggunakan peralatan dari batu karang dan kayu. Rumah yang dibangun di atas pohon ini paling tidak menghabiskan waktu 2 tahun untuk penyelesaiannya, dan bisa menampung 4-5 keluarga. Dinding rumah dibuat dari pelepah daun nipah, pohon penghasil sagu. Alas rumah dari kulit kayu balsa yang diserut dengan pisau karang.
Bentuk perkampungan dan perumahan di Bali juga mencerminkan suatu cara kehidupan harmonis antara manusia dan alam. Bentuk bangunannya disesuaikan dengan fungsi dan aktivitas penghuni. Bahan-bahan bangunannya berasal dari bahan alami dan dibentuk dengan bantuan konstruksi yang memperhatikan iklim setempat.
Ahli biologi dan arsitek Rudolf Doernach kelahiran Stuttgart-Jerman, melihat ada kecenderungan dan dorongan kuat, bahwa setiap negara di dunia kini berusaha membangun permahan dan kota masa depan yang memperhatikan masalah penyelamatan lingkungan. Pengotoran udara oleh industri dan kepadatan penduduk di perkotaan, sangat menghantui banyak negara di dunia. Arsitektur biologis adalah alternatif untuk memperingan kerusakan lingkungan akibat kemajuan teknologi. Disarankan, pembangunan lingkungan harus terdiri dari dinding dan atap hidup yang menyediakan oksida dan energi.
Pendidikan arsitektur barat sebenarnya kurang tepat diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki latar belakang kebudayaan berbeda-beda. Karena itu, arsitektur biologis lebih mudah berkembang di Indonesia. Arsitektur barat modern yang dibangun dengan teknologi tinggi, lebih sering merusak dasar kehidupan manusia dan lingkungan alamnya.
Arsitektur biologis pada dasarnya dibangun dari pembangunan yang bersifat biologis dan berakhir pada pemikiran baru yang lebih mendalam. Dia bersifat ekologis, alternatif dan tertuju kepada masa depan dengan kehidupan, pendidikan dan pemukiman yang seimbang dengan alam.

Arsitektur ekologi

prinsip arsitektur yang ekologis secara keseluruhan, yaitu perencanaan dan pembangunan rumah yangseimbang dengan alam, yang menyembuhkan badan manusia dan memberi tempat perlindungan bagi jiwa manusia sehingga kita bisa hidup dalam keselarasan dengan lingkungan alam.  bagi para arsitek dan perencana untuk memperhatikan dan melestarikan lingkungan alam di bidang pembangunan.
Arsitektur ekologis merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Infolingkungan
Kualitas arsitektur biasanya sulit diukur, garis batas antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk bangunan dan konstruksinya, tetapi mengabaikan yang dirasakan sipengguna dan kualitas hidupnya. Apakah pengguna suatu bangunan merasa tertarik.
Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :
·         Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan.
·         Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
·         Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan
·         Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
Cara membangun yang menghemat energi dan bahan baku 1. Perhatian pada iklim setempat Penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim Pembangunan yang menghemat energi Orientasi terhadap sinar matahari dan angin Penyesuain pada perubahan suhu siang-malam
2. Subsitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui Meminimalisasi penggunaan energi untuk alat pendingin Menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbaharui Optimalisasi penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui saha memajukan penggunaan energi alternatif Penggunaan energi surya
3. Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang menghemat energi Memilih bahan bahan bangunan menurut penggunaan energi Menghemat sumber bahan mentah yang tidak dapat diperbaharui Minimalisasi penggunaan sumber bahan yang tidak dapat diperbaharui Upaya memajukan penggunaan energi alternatif Penggunaan kembali sisa-sisa bangunan (limbah)Optimalisasi bahan bangunan yang dapat dibudidayakan
4. Pembentukan peredaran yang utuh di antara peneyediaan dan pembuangan bahan bangunan, energi, dan air Gas kotor, air limbah, sampah, dihindari sejauh mungkin Menghemat sumberdaya alam (Udara, air, dan tanah)Perhatian pada bahan mentah dan sampah yang tercemar erhatian pada peredaran air bersih dan limbah air
5. Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi Memanfaatkan/ mengguanakan bahan bangunan bekas pakai. Menghemat hasil produk bahan bangunan.Mudah dirawat dan dipelihara Produksi yang sesuai dengan pertukangan hipotesis Gaia
Yang paling berpengaruh dasar perencanaan arsitektur masa depan adalah Hipotesis Gaia sebagai berikut : Kehidupan bukan menciptakan lingkungan menurut kebutuhannya, dan kehidupan bukan faktor penentu, melainkan sistem keseluruhan termasuk lingkungan dan kehidupan,
Hipotesis ini kemudian dibuktikan karena organisme-organisme dan lingkungan fisik kimia dalam evolusinya yang berhubungan erat sehingga bumi papat dianggap sebagai machluk hidup, sebagai organik yang mengatur suhu, iklim dan susunan kimia. Perencanaan benda apapun yang dihasilkan melalui kecerdasan manusia adalah bagian mikrokosmos. Cara kehidupan manusia sangat erat kaitannya dengan kehidupan machluk-machluk lainnya. Kerusakan bumi yang dikaibatkan oleh manusia di muka bumi ini akan menyakiti bumi sebgai Gaia dan akan menghancurkan dasar kehidupan manusia. Pencahayaan dan Warna
Pencahayaan dan pembayangan akan memengaruhi orientasi dalam ruang. Bagian ruang yang tersinari dan yang dalam keadaan gelap akan menentukan nilai psikis yang berhubungan dengan ruang, Cahaya matahari memberi kesan vital dalam ruang, terutama jika cahaya matahari masuk dari jendela yang orientasinya terhadap mata angin. Perpaduan antara cahaya, warna dan bayangan dapat menciptakan suasana yang mendukung kehidupan lewat kelenjar hormon, epiphisis dan hipothalamus yang semuanya terdapat simultan dari cahaya.
Di alam pencahayaan selalu berasal dari atas yaitu matahari. Pencahayaan mata hari di daerah tropis mengandung gejala sampingan dengan sinar panas, maka daerah tropis manusia menganggap ruang yang agak gelap sebagai kesejukan, akan tetapi untuk ruang kerja ketentuan tersebut melawan kebutuhan cahaya untuk mata manusia.
Berhubung pencahayaan buatan dengan bola lampu dan sebagainya mempegaruhi kesehatan manusia, maka dibutuhkan pencahayaan alam yang terang tanpa silau dan tanpa sinar panas. Untuk memenuhi tuntutan yang berlawanan ini maka sebaiknya sinar matahari tidak diterima langsung secara langsung melainkan dipantulkan terlebih dahulu ke dalam air kolam, lantai atau lewat langit-langit bangunan. Pencahayaan alam mengandung efek penyembuhan dan meningkatkan kretivitas manusia.
Kenyamanan dan kretivitas dapat juga dipengaruhi oleh warna. Oleh sebab itu warna adalah salah satu cara untuk memengaruhi ciri khas suatu ruang atau gedung. Badan manusia bereaksi sangat sensitif terhadap rangsangan dari masing-masing warna.Setiap warna memiliki frequensi tertentu, maka pengaruhnya atas badan manusia menjadi berbeda pula.
·         Warna ungu indigo memiliki frequensi tertinggi yaitu 750 Thz
·         Warna biru memiliki frequensi tertinggi yaitu 670 Thz
·         Warna hijau memiliki frequensi tertinggi yaitu 600 Thz
·         Warna kuning memiliki frequensi tertinggi yaitu 550 Thz
·         Warna oranye memiliki frequensi tertinggi yaitu 500 Thz
·         Warna merah memiliki frequensi tertinggi yaitu 430 Thz
Masing-masing warna memiliki ciri khusus yaitu sifat warna, sifat cahaya dan kejenuhan (intensitas sifat warna). Makin jenuh atau kurang bercahaya suatu warna akan makin bergairah, sebaliknya hawa nafsu dapat ditingkatkan dengan penambahan cahaya.
Alat vital manusia juga memiliki warna : Jantung (hijau) ; solarplexus (kuning); lambung (orange); ari-ari (merah); pangkal tenggorok (biru mudah); kemaluan (indigo); ujung atas kepala (ungu). Warna juga memiliki arti antara lain :
·         Warna kuning artinya penolak rasa mengantuk
·         Warna biru artinya penolak rasa sakit/ penyakit
·         Warna Hitam artinya penolak rasa lapar
·         Warna Hijau artinya penolak rasa angkara murka (marah)
·         Warna putih artinya penolak rasa birahi.
·         Warna orange artinya penolak rasa takut
·         Warna merah artinya penolak rasa tenteram
·         Warna ungu artinya penolak rasa jahat.
Pada praktek sehari-hari warna juga dapat dimanfaatkan untuk mengubah atau memperbaiki proporsi ruang secara visual demi peningaktan kenyamanan.
·         Langit-langit rumah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan memberi warna hangat dan agak gelap.
·         Langit-langit yang agak rendah diberi warna putih atau cerah dan diikuti 20 cm dari dinding bagian paling atas diberi warna putih yang memberi kesan langit-langit seakan-akan melayang dengan suasana yang sejuk.
·         Warna aktif seperti merah, orange pada bidang yang luas memberi kesan memperkecil ruang.
·         Ruang yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek dengan memberi warna hangat pada dinding bagian muka, sedang untuk berkesan luas diberi warna dingin seperti warna putih.
·         Dinding tidak seharusnya dari lantai diberi warna yang sama, jika dinding bergaris horizontal ruang berkesan terlindung, sedang vertikal berkesan lebih tinggi.
Sebagai suatu kesimpulan dapat ditentukan bahwa keseragaman yang menoton adalah racun keindahan/ kenyamanan.

CONTOH
Green Architecture
Green Architecture adalah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.

Hal ini telah dilakukan dengan pemanfaatan kondisi lingkungan dengan bukaan yag optimal. Di jaman sekarang jarang ada contoh bangunan yang menggunakan pendekatan green architecture. Kita mungkin perlu melihat balik kepada aesitektur vernakuler yang banyak mendukung pendekatan green architecture. Namun perlu disadari bahwa mendesain bangunan dengan pendekatan green architecture bukan berarti kembali kepada tradisi tersebut. Hanya sikap terhadap pemilihan material dan sumbernya saja dari pendekatan arsitektur vernakuler yang perlu diakomodasi di masa depan.

Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem utilitas yang sangat baik.



Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab, dan diharapkan digunakan di masa kini dan masa yang akan datang. Dalam jangka panjang, biaya lingkungan sama dengan biaya sosial, manfaat lingkungan sama juga dengan manfaat sosial. Persoalan energi dan lingkungan merupakan kepentingan profesional bagi arsitek yang sasarannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup.Dalam arsitektur ada banyak jalan sehingga bangunan dapat dikatakan “green” dan merespon terhadap masalah pertumbuhan lingkungan. Penyediaan energi yang tidak memadai di negara tropis (salah satunya penghentian arus listrik secara periodik) dan meningkatnya harga tinggi di seluruh dunia merupakan tuntutan akan bangunan yang sesuai dengan iklim, tanpa penyejuk udara mekanis.

PRINSIP-PRINSIP GREEN ARCHITECTURE :
1.     Hemat energy
2.     Memperhatikan kondisi iklim
3.     Penggunaan material bangunan dengan mempertimbangkan aspek perlindungan ekosistem dan sumber daya alam
4.     Tidak berimplikasi negatif terhadap kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan
5.     Merespon keadaan tapak dari bangunan
6.     Menerapkan/menggunakan prinsip-prinsip yang ada secara keseluruhan

POSITIF DAN NEGATIF DAMPAK PEMBNGUNAN TERHADAP LINGKUNGAN

DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP LINGKUNGAN

 



Pembangunan menimbulkan suatu dampak, baik terhadap makhluq hidup maupun terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan antaraq lain adalah terjadinya bencana banjir, kekeringan, erosi tanah, pencemaran lingkungan, matinya beberapa jenis tumbuhan dan hewan. 


Pembangunan tersebut erat kaitannya dengan perubahan penggunaan lahan. Apabila terjadi perubahan penggunaan lahan, misalnya di daerah hulu/atas berupa hutan lindung digunakan untuk permukiman atau perumahan sedangkan daerah hilir digunakan untuk industry dan permukiman, maka akan berdampak besar untuk daerah itu sendiri maupun daerah di bawahnya. Terjadi erosi atau longsor di bagian atas/hulu karena terjadi penggundulan hutan yang dialihfungsikan untuk perumahan. Selain itu karena terjadi perubahan penggunaan lahan, juga terjadi kerusakan suatu ekosistem yang menyebabkan habitat tanaman atau binatang rusak. Hal tersebut sangat berdampak kepada beberapa tumbuhan atau hewan yang punya karakter khusus, yaitu hanya dapat bertahan hidup pada daerah dengan keadaan tertentu. Dibagian hilir dapat terjadi banjir karena di bagian hulu telah terjadi alih fungsi lahan dari hutan lindung menjadi permukiman, sehingga daerah diatas akan mengirimkan limpasan sedangkan daerah hilir. Karena daerah hilir juga mengalami perubahan penggunaan lahan, dari kebun menjadi industry maupun permukiman untuk kegiatan ekonomi, sehingga daerah resapan air semakin sedikit. Potensi banjir juga semakin besar. 



Kekeringan juga mungkin dapat terjadi akibat pembangunan, dengan penggunaan airtanah yang berlebihan karena pembangunan besar-besaran maka persediaan airtanah semakin sedikit, sementara air hujan yang masuk kedalam tanah lebih lambat dari air yang digunakan/dipompa.



 A.   DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF

1.    DampakNegatif :
 Lahan terbuka berubah menjadi lahan tertutup.
 Area resapan air menjadiberkurang.
 Lahanpertanianberkurang.

2.     DampakPositif :
 Daerah tadinyasepijadiramai.
 PajakBumidanBangunanjaditinggi.
 Hargatanahmenjaditinggi.
 Lahanmenjadi Areal yang tertatarapi.
 Terbuka lapangankerjabarubagipendudukasli.
Terbentuknyasaranadanprasaranabaru.
Terbentukjaringantransportasibaru.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar